Kisah Babinsa Sertu Catur Susanto, Dedikasikan Diri Membantu Anak Yatim dan Kaum Dhuafa

Sertu Catur Susanto, Babinsa Korem 083 Bdj yang dinas di Kodim 0818 Kab Malang Batu ini patut menjadi contoh. Kepekaan dan kepedulian sosial nya luar biasa. Bagaimana kisahnya

13 Jul 2023 - 15:55
 0
Kisah Babinsa Sertu Catur Susanto, Dedikasikan Diri Membantu Anak Yatim dan Kaum Dhuafa
Sertu Catur Susanto bersama anak binaannya di Desa Senggreng, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Foto: Syarifah Latowa/TIMES INDONESIA)

TIMES Network – Minggu, 25 Juni 2023 pagi. Angin di Desa Senggreng, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertiup sepoi-sepoi. Matahari bersinar begitu terik meski waktu baru menunjukkan pukul 09.00 WIB.

Pagi itu Sertu Catur Susanto duduk di ruang tamu. Ia sedang asyik bercengkerama bersama kerabat dan anak yatim yang datang berkunjung di kediamannya. 

Sembari bercerita dengan kerabatnya, ayah tiga anak itu menggendong salah satu anak yatim yang masih berusia balita. Sesekali ia membuat tingkah lucu agar membuat anak itu terkekeh kegirangan. Hal itu Ia lakukan berulang-ulang. 

Sementara di hadapannya berderet anak-anak yatim dan orang tua jompo duduk manis di kursi tamu sambil menikmati kue yang dihidangkan Marianik, istrinya.

“Mereka ini para anak yatim dan janda-janda jompo yang selama ini, telah menjadi bagian dari kami di Yayasan Kelompok Peduli Sesama yang kami beri nama Yasmin Al Humairoh,” ujarnya sambil sesekali membelai rambut anak balita yang sedang duduk di pangkuannya.

Tidak lama kemudian anak balita yang tadi dipangkuannya merengek minta digendong ibu kandungnya yang duduk tepat disampingnya. Kedua tangannya lalu mengangkat anak itu kemudian diserahkan kepada ibunya. Setelah itu, Ia kembali duduk dikursi.

Bermula dari Anak Tercinta

Sambil menyandarkan bahunya di kursi, Sertu Catur mulai bercerita tentang awal mula mendirikan Yayasan Yasmin Al Humairoh. Nafasnya terdengar berat saat menyebut nama yayasan itu. Ternyata nama yayasan itu adalah nama putrinya yang telah meninggal dunia pada Maret 2013 silam. 

Catur Susanto tak dapat menyembunyikan kesedihannya. Matanya berkaca-kaca. Bulir bening di kelopaknya pun tumpah saat mengenang kembali almarhumah anak ketiganya yang meninggal di usia 3,5 tahun. 

“Yasmin Al Humairoh adalah nama putri saya yang meninggal tahun 2013 silam. Saat putriku meninggal saya dan istri sangat terpukul. Perasaan kami hancur. Gundah. Waktu itu saya tidak tahu harus berbuat apa,” ujarnya lirih. 

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menyadari mereka tak semestinya terus-terusan hanyut dalam kesedihan. Mereka pun berupaya bagaimana caranya agar nama anaknya bisa tetap hidup dalam ingatan. Maka saat itu, munculah ide memberikan santunan kepada anak-anak yatim piatu. 

“Berawal dari situlah kami akhirnya membentuk Yayasan Kelompok Peduli Sesama yang diberi nama Yasmin Al Humairoh. Yayasan ini fokus membantu anak-anak yatim. Harapannya dengan begitu kami dapat menghidupkan kembali anak kami. Meskipun bukan jasadnya yang dihidupkan, tetapi namanya selalu hidup dalam ingatan,” ujarnya sambil menarik nafas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan.  

Sertu Catur masih ingat betul, saat itu tanggal 21 April 2013 ia menyampaikan niat baiknya itu kepada kerabat, saudara, perangkat desa dan tokoh-tokoh maysarakat yang ada di Desa Sengreng.

“Saya meminta masukan terkait pendirian yayasan tersebut kepada mereka. Waktu itu kami berkumpul dirumah saya. Akhirnya yayasan itu terbentuk,” terangnya. 

Awalnya, mereka memberikan santunan kepada 15 orang anak yatim dari hasil merogoh kocek sendiri bersama pengurus yayasan. Kemudian niatan baik itu terus berlanjut hingga sekarang. Tak terasa sudah sepuluh tahun berjalan masih tetap konsisten memberikan santunan kepada anak-anak yatim dan kaum dhuafa tersebut.

“Sekarang ini yang rutin kami berikan santunan setiap bulan ada 80 orang anak termasuk kaum dhuafa. Jadi, yang kami berikan santunan itu anak yatim dari usia bayi sampai mereka dewasa. Santunan berhenti diberikan ketika sang anak yatim itu sudah cukup mandiri,” jelasnya.

Sertu Catur mengatakan, jika ditotal semua anak-anak yang telah mendapat santunan dari yayasan tersebut dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir lebih dari 500 orang anak. Tetapi, saat ini hanya 80 orang anak yang rutin diberi santunan. Karena, anak-anak yatim sebelum-sebelumnya santunannya sudah diberhentikan. Sebab, mereka sudah cukup umur dan mandiri secara ekonomi. 

Menurutnya, bantuan yang diberikan kepada anak-anak yatim tersebut memang tidak seberapa, namun setidaknya dapat meringankan beban anak-anak tersebut setiap bulannya. Entah itu untuk membeli buku, atau pakaian sekolah. 

Tak Pernah Gerilya Proposal

Selama sepuluh tahun yayasan itu terbentuk, dana untuk bantuan itu datang sendiri dari donatur. Pengurus yayasan tersebut tidak pernah meminta-minta atau menyodorkan proposal permohonan dana bantuan itu kepada siapapun. Tetapi, donatur itu sendiri yang sukarela datang memberikan bantuan. 

Tidak hanya itu, warga di sekitar Sengreng juga berperan aktif memberikan dukungan penuh kepada yayasan ini. Mereka mempunyai kesadaran sendiri untuk membantu anak-anak yatim melalui kami. 

Bantuan-bantuan itu dikumpulkan pengurus. Lalu disalurkan setiap bulan ke anak-anak yatim dan kaum duafa. 

Anak-anak yatim ini masing-masing tinggal di rumah keluarga mereka. Mereka tidak tinggal dalam satu rumah seperti anak-anak yatim di panti asuhan pada umumnya. 

“Anak-anak yang dibantu yayasan kami itu mereka tetap tinggal di rumah mereka masing-masing, tapi setiap bulannya kami berikan santunan,” tuturnya. 

Untuk mengelola Yayasan Peduli Sesama Yasmin Al Humairoh pihaknya dibantu oleh puluhan relawan yang mau bekerja sama saling bahu membahu mengelola yayasan ini sehingga bisa bertahan sepuluh tahun lamanya. 

Ia bersyukur para pengurus yayasan tersebut tidak ada satu pun yang meminta bayaran. Semua bekerja sukarela. Pada saat penyerahan santunan terkadang pihaknya membuat acara makan-makan untuk para anak yatim. 

Namun, untuk uang konsumsinya mereka tidak mengambil uang dari donatur melainkan patungan sesama pengurus. Itu dilakukan agar uang dari donatur benar-benar semuanya disalurkan kepada anak-anak tersebut. 

“Kami telah bertekad anak-anak ini adalah tanggung jawab kami bersama. Tanpa bantuan pengurus, saya bersama istri tidak berarti apa-apa. Untuk itu saya berterimakasih kepada semua pengurus yang tanpa pamrih ini, ” ucapnya dengan semangat.  

Nurhadi, Kepala Dusun Ngerancah, Desa Senggreng, yang juga penasihat Yayasan Kelompok Peduli Sesama Yasmin Alhumoirah menambahkan, yayasan tersebut bergerak di bidang santunan. Pertama kali dibentuk itu masih saling patungan antara pengurus. 

“Waktu awal pertama dibentuk satu hal yang saya ingatkan, kalau sudah berniat membentuk yayasan ya harus istiqomah dan Alhamdulillah sampai sekarang masih konsisten santunan diberikan setiap bulan,” ujarnya. 

Sebagai bagian pemerintah desa, dirinya mendukung penuh apa yang sudah dilakukan Sertu Catur. 

Apresiasi Sang Komandan

Sementara itu, dihubungi terpisah Komandan Korem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf. Mohammad Imam Gogor Agnie Aditya mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Babinsa Koramil 0818/09 Ngajum Sertu Catur yang mampu memparkasai, mendirikan, dan mengembangkan yayasan yang fokus memberi santunan terhadap anak-anak yatim didaerah Sengreng.  

Menurut Danrem Gogor apa yang telah dilakukan Sertu Catur ini secara tidak langsung sudah membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan yang ada di tengah masyarakat. 

“Apa yang dilakukan Sertu Catur ini sungguh-sungguh melebihi tuntutan dan panggilan tugas dari Babinsa. Ia mendedikasikan pekerjaannya untuk bisa membantu anak yatim piatu. Saya salut dan bangga untuknya,” ujar Danrem memberi apresiasi. 

Hal yang sama juga diungkapkan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf. Menurutnya apa yang dilakukan Sertu Catur ini adalah pekerjaan mulia. Ia dapat memuliakan anak-anak yatim dan membantu meringankan kaum duafa disekitarnya. 

“Hal semacam ini kami dukung penuh dan apresiasi. Apa yang telah dilakukan Sertu Catur seirama dengan kebijakan Kodam V Brawijaya, di mana seluruh prajurit TNI harus mampu menjadi solusi atas permasalahan-permasalan yang terjadi di tengah masyarakat,” 

“Ini juga seirama dengan kebijakan Kodam V/Brawijaya, di mana seluruh prajurit harus mampu menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan masyarakat,” tutup Panglima. 

Bagi Sertu Catur Susanto apa yang telah dilakukannya selama ini terhadap anak yatim dan kaum duafa adalah hal yang paling berarti bagi hidupnya. “Putri saya memang sudah tiada. Namun, namanya masih tetap hidup dalam ingatan kami. Saya sekarang memiliki banyak anak-anak yang sudah saya anggap seperti anak sendiri. Saya berharap apa yang sudah saya lakukan dapat bermanfaat bagi orang mereka semua,” tutupnya. (*) 

Berikan Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow